Alat Ukur ini menggunakan pendekatan Archetypal. Archetype mengkomunikasikan dan mendasari pengekspresian keinginan-keinginan (motif) dasar, arti dan tujuan hidup, serta motivasi seseorang. Hal yang menarik, dalam pengekspresiaan tersebut, setiap individu mempunyai gaya dan kekhasan masing-masing yang berbeda satu sama lain tergantung archetype yang dominan dan aktif dalam diri individu.
Archetype dalam diri individu mempengaruhi cara pandangnya terhadap sebuah kejadian, terhadap diri sendiri, kebutuhannya, apa yang ia mau, apa yang mau ia pelajari, dan lain-lain.
Tidak mengherankan pula, pedekatan archetype banyak dipakai untuk mengembangkan identitas brand, personal branding, atau bahkan employer branding dalam organisasi/ komunitas.
Archetype digambarkan dalam dua belas tipe gaya emosional, kognitif, dan perilaku. Dasar pengembangan dari alat ukur ini adalah kerangka berpikir metafora dari Joseph Campbell dalam karyanya tahun 1973 & 1991 dan penelitian Pearson & Marr tahun 2003.